Seekor kerbau mendengar suara minta tolong di dalam hutan, ia pun berjalan mencari sumber suara, kemudian ia melihat seekor buaya sedang terjepit pohon besar dan berteriak minta tolong sambil kesakitan.
“Wahai Kerbaaau, tolong akuuu! Angkat pohon besar ini dari atas punggungku! Sudah semalaman aku di sini meminta tolong tapi tak ada yang membantu,” keluh Buaya sambil terus mengaduh.
Sang Kerbau terlihat ragu, “Aku tak yakin mau bantu kamu Buaya, bagaimana kalau setelah kulepaskan pohon besar ini, Kau malah memangsaku?”
“Aaah, takkan mungkin aku begitu pada penolongku, ayolah Kerbau … aku sudah semalaman kesakitan begini, bantulah aku, aku janji takkan memangsamu,” seru buaya meyakinkan.
Kerbau pun tak tega melihat kondisi buaya yang seperti sudah sekarat, ia angkat batang pohon besar itu dengan tanduknya. Begitu pohon besar terangkat, buaya segera bergerak menjauh dari batang itu, namun dalam sekejap buaya langsung menggigit salah satu kaki belakang kerbau.
“Buaya, apa yang kamu lakukan? Kamu kan sudah berjanji tidak akan memangsaku!” Kerbau panik berusaha melepaskan gigitan buaya.
“Oh Kerbau, Kau sangat baik hati, janganlah tanggung kalau berbuat baik. Kau kan tahu aku sudah semalaman terjepit pohon, perutku lapar sekali, tolong berikan aku satu kakimu saja agar laparku hilang …” ujar buaya sambil terus menjepit kaki kerbau dengan moncongnya.
Kerbau berteriak minta tolong, suara lenguhannya terdengar hingga telinga kancil. Kancil pun akhirnya menemukan kerbau dan buaya yang sedang berseteru.
“Wah, apa yang terjadi padamu Kerbau?” Tanya Kancil kebingungan melihat Kerbau yang kakinya dijepit oleh moncong buaya.
“Tolong aku Kancil, buaya berbohong … tadi aku menolongnya terlepas dari pohon besar karena ia berjanji tidak akan memangsaku, tapi kini Buaya malah menggigit meminta kakiku,” Kerbau bercerita sambil hampir menangis.
“Kancil, bukankah kalau berbuat kebaikan harus tuntas? Aku tidak akan membuat Kerbau mati, hanya minta sebelah kakinya saja kok …,” ujar Buaya membela diri.
“Oke baiklah, aku akan bantu kalian memutuskan harus bagaimana … tapi aku belum yakin akan memihak siapa di antara kalian. Jadi kita akan coba ulangi kembali apa yang sebenarnya terjadi tadi supaya lebih jelas yaa …” ucap Kancil. Buaya dan Kerbau setuju.
Kancil meminta Buaya melepaskan jepitan moncongnya terlebih dahulu dari kaki Kerbau, kemudian meminta Kerbau untuk mempraktikkan apa yang tadi terjadi.
“Tadi aku mendengar suara minta tolong, ternyata buaya sedang terjepit batang pohon besar ini Kancil …” ungkap Kerbau sambil menunjuk batang pohon besar di samping tubuh buaya.
“Baiklah, coba kamu contohkan bagaimana posisi batang pohon ini tadi, apakah di atas punggung Buaya, atau di atas ekornya?”
Kerbau dan Kancil pun bersama-sama mengangkat batang pohon besar itu dan menaruhnya di atas punggung Buaya, hingga Buaya mengaduh kesakitan.
“Aduuuuh … kenapa kalian menaruh lagi batang besar pohon ke atas badanku hah? Sakit sekali ini …” Buaya mencoba menggeliat tapi tak bisa, badannya tertindih pohon besar lagi.
“Ingat baik-baik yaa Kerbau, jangan membantu makhluk seperti Buaya ini, jangan percaya ucapannya apalagi janji manisnya, dan pergilah jauh-jauh agar Kau tak celaka!” Pesan Kancil pada Kerbau.
Kerbau mengerti bahwa Kancil yang cerdik sedang membantunya melepaskan diri dari jeratan Buaya, maka ia berterimakasih pada Kancil dan segera berlari cepat meninggalkan buaya yang melolong minta tolong sambil mengaduh kesakitan.